Ular ajaib |
Pada suatu hari ketika dia pergi ke hutan untuk memotong bamboo,
dia mendengar ada suara minta tolong. Lalu dia pun mncari-cari dari mana arah
suara itu berasal. Ternyata itu adalah suara seekor ular yang tercepit di
antara belukar pohon bamboo. Lalu diapun menolong ular itu untuk melepaskan
diri. Ternyata, ular tersebut adalah ular ajaib. Si pembuat tikar di
perbolehkan oleh ular itu untuk meminta apapun yang di butuhkan ketika dia
kesulitan.
“Aku ingin punya rumah yang megah dan jadi orang kaya”. Kata
pembuat tikar.
“Baiklah, permintaan mu akan terkabulkan”. Kata si ular.
Benarlah demikian, setelah itu.. si pembuat tikar memiliki
rumah yang cukup megah dan mewah. Bahkan kemegahan rumah yang di milikinya
dapat menyaingi indahnya sebuah kerajaan.
“Hai suami ku, apa gunanya kita memiliki rumah megah dan
jadi orang kaya, jika tak ada satupun orang yang menghormati kita? Lihatlah,
kita hidup sendiri di pinggir hutan. Kau pergilah lagi menemui ular itu,
mintalah sesuatu lagi padanya..”. kata sang isteri.
Lalu si pembuat tikarpun kembali pergi ke hutan menemui ular
ajaib itu.
“Apa lagi yang kau butuhkan?”. Tanya si ular.
“Aku ingin di hidup mewah dan di hormati oleh banyak orang. Lihatlah,
rumah ku ada di pinggir hutan. Semegah apapun bangunanya, tak ada yang akan
melihatnya”. Kata si pembuat tikar.
“Baiklah.. dengan seizing dari yang maha kuasa, besok
permintaan mu akan terkabul. Sekarang pulanglah’’. Kata si ular. Lalu si
pembuat tikar pun kembali pulang ke rumahnya, dan menunggu ke ajaiban apa lagi
yang akan terjadi.
Pada keesokan harinya, ada beberapa prajurit dan pejabat
kerajaan yang dating ke rumah si pembuat tikar. Tentu si pembuat tikar merasa
terkejut, ada gerangan apa para prajurit dan pejabat istana dating mengunjunginya.
Ternyata kedatangan mereka bertujuan untuk menjemput dia dan isterinya ke
istana. Sang raja yang dahulu telah memerintahkan para pejabat dan pengawal
untuk menjemput mereka dan menjadikanya seorang raja, karena sang raja
terdahulu telah memutuskan meninggalkan tahta dan kemewahan untuk menjalani
pertapaan.
Ahirnya.. keinginan pembuat tikarpun kembali terkabul. Dia hidup
dalam kemewahan, dan di hormati banyak orang. Apakah dia sudah merasa cukup? Ternyata
tidak.. kemewahan dan tahta yang di sandangnya telah menumbuhkan sifat
keserakahan dan tamak dalam dirinya. Pada suatu hari.. dia ingin ganti baju,
tapi para pelayan bilang jika baju sang raja belum kering setelah di cuci
karena seharian itu mendung. Dan pada hari yang lain, dia ingin berenang dalam
kolam kerajaan. Tapi karena panas matahari yang terik, air kolam itu menjadi
sangat panas dan membuat kulitnya sedikit melepuh.
“apa gunanya menjadi raja jika hanya dapat memerintah dan di
hormati oleh manusia saja. Mungkin akan lebih menyenangkan jika mata hari juga
tunduk atas perintah ku dan mematuhi segala titah ku. Besok aku akan dating lagi
ke hutan menemui si ular”. Kata pembuat tikar itu.
Pada keesokan harinya, dia dating lagi ke hutan sendiri
untuk menemui si ular.
“Apa lagi yang kau butuhkan?”. Tanya si ular.
“Aku belum merasa puas jika hanya di hormati dan di patuhi
oleh manusia saja. Aku ingin agar matahri juga tunduk pada perintah ku’. Kata pembuat
tikar itu dengan angkuhnya.
Mendengar permintaan si pembuat tikar, ular ajaib itu
menjadi sangat marah. Lalu dengan amarah yang meledak, dia berkata pada pembuat
tikar itu..
“Kau memang dasar manusia tak tahu malu..!! kau serakah.. tamak..
dan sombong akan apa yang kau miliki. Kau sudah lupa pada derajat mu. Karena ke
angkuhan mu, kau ingin menyaingi kekuasaan tuhan? Pergilah..!! aku tak mau lagi
melihat mu. Pergi sekarang atau kau akan ku buat celaka”. Kata si ular.
Melihat ular yang sangat marah.. si pembuat tikar segera
lari dari tempat itu dan pulang ke istananya.
“Tak mengapa permintaan ku tak terkabul. Paling tidak, aku
masih tetap menjadi raja yang kaya dan di hormati”. Katanya sambil tersenyum.
Tapi beberapa hari kemudian dia di kejutkan dengan
kedatangan kembali raja yang lama. Ternyata si raja yang lama membatalkan
niatnya untuk menjadi pertapa dan memutuskan untuk menjadi raja kembali. Ahirnya,
si pembuat tikar pun di turunkan dari tahta dan di suruh kembali pulang ke
rumahnya di pinggir hutan. Ahirnya dia dan isterinya pun kembali pulang menuju
rumahnya di pinggir hutan.
“Ah.. tak mengapa aku tak lagi menjadi raja, paling tidak
aku masih memiliki rumah yang megah dan harta yang cukup melimpah”. Gumamnya dalam
hati.
Tapi alangkah terkejutnya dia ketika tiba di rumahnya. Karena
rumahnya yang megah dan indah, kini berubah kembali menjadi sebuah gubuk kecil
yang reot dan jelek. Rumah megahnya telah berubah lagi seperti rumahnya yang
semula. Melihat kejadian itu, timbul penyesalan di hatinya. Dia lalu pergi ke
hutan untuk menemui si ular dan meminta ma’af. Tapi setelah lama dia mencari,
ular ajaib itu tak juga dia temukan. Ahirnya, si pembuat tikar kembali hidup
dalam kemiskinan seperti sedia kala
dengan membawa penyesalan yang sangat dalam seumur hidupnya karena ketamakan
dan keserakahanya.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar