Anak pemalas dan keledai |
Kisah Anak Pemalas dan keledai - Pada zaman dahulu kala, hiduplah seoarang janda tua bersama anaknya. Kehidupan janda tua ini begitu miskin, sehingga dia harus bekerja menenun di usianya yang sudah senja untuk menghidupi dirinya dan anak semata wayangnya. Sedangkan anak lelakinya sendiri adalah anak yang cukup malas. Hingga menginjak usia remaja, anak itu tidak mau bekerja sama sekali. Pekerjaanya hanya bermalas-malasan saja tanpa mau melakukan apapun. Sehingga ibunya harus bekerja keras untuk mencukupi kehidupan mereka berdua.
Pada
suatu hari, ibunya sakit dan tak bisa bekerja. Bahan makanan di rumah
sudah mulai menipis. Melihat hal itu, sang ibu memanggil anaknya. “Nak,
cobalah untuk belajar bekerja. Carilah pekerjaan agar kamu mulai bisa
menghidupi diri mu sendiri ketika ibu tiada”. Kata sang ibu. Mendengar
kata-kata ibunya ini, sang anak menjadi sangat risau. Dia tak ingin di
tinggal oleh ibunya. Dia tak ingin hidup sendiri.
“Baiklah
bu’ aku akan berubah dan mulai mencari pekerjaan. Untuk biaya kita
sehari-hari dan biaya berobat untuk ibu”. Kata anak lelaki itu. Kemudian
anak lelaki itu pun pergi mencari pekerjaan. Dia di terima bekerja pada
tetangganya untuk membantu memanen gandum. Dan ketika dia pulang, dai
di beri sekeping uang perak. Karena tak terbiasa membawa uang, dia hanya
menaruhnya saja di empitan baju. Dan ketika sampai di rumah, ternyata
uang itu sudah hilang karena terjatuh.
Melihat
hal itu, ibunya lalu berkata” Tak mengapa.. kamu masih beajar. Besok
jika kamu mendapat upah lagi, lebih baik kau genggam dengan erat”. Kata
sang ibu. Sang anak elaki itu pun menurut. Dia ingin menjadi anak yang
berbakti pada ibunya dengan menuruti semua nasehatnya. Besoknya, anak
lelaki itu bekerja pada seorang tukang roti. Ketika dia pulang, anak itu
di beri seekor anjing gembala. Dia pun mengendong dan menggenggam
anjing itu dengan erat. Merasa teraniyaya, anujing itu ahirnya berontak
mencakar dan mencoba menggigit anak elaki itu.
Karena
keget, anak itu pun melepasnya dan anjing itupun lari ke hutan. Dan
lagi-lagi hari ini anak itu tak membawa apa-apa. dan dia menceritakan
itu kepada ibunya. Lalu ibunya pun berkata” Seharusnya jika kamu
mendapat upah lagi besok, kamu ikat pakai tali dan kamu tarik”. Kata
sang ibu. Anak itu hanya mengiyakan kata-kata ibunya. Dan besoknya lagi
dia pergi untuk mencari kerja. Dan kali ini, dia mendapatkan pekerjaan
untuk membantu tukang daging. Dan ketika dia pulang, dia di beri bagian
daging yang cukup besar.
Mengingat
nasehat ibunya, anak itupun langsung mencari tali dan mengikat daging
tersebut kemudian menariknya. Tak ayal daging itu di seretnya hingga
rumah, sehingga semua daging menjadi rusak dan hanya menyisakan sedikit.
Lalu sang ibu berkata lagi “ Tak apa.. kamu masih belajar. Paling tidak
kita masih mendapat sedikit untuk kita makan. Di syukuri saja meski
sedikit, karena ini juga rezeki. Besok kalau kamu mendapat upah lagi,
sebaiknya kamu panggul saja. Biar tetap utuh”. Kata ibunya. Dan sang
anak hanya mengiyakan saja.
Besoknya
anak itu bekerja menggembalakan ternak. Karena suka dengan hasil kerja
anak itu, sang pemilik memberinya seekor keledai untuk di bawa pulang.
Mengingat nasehat ibunya, anak itupun berusaha memanggul keledai
tersebut. Meski dengan susah payah, ahirnya tetap dia panggul sedangkan
posisi keledai meronta-ronta dan menendang-nendang kakinya ke udara.
Dalam perjalanan pulang, anak lelaki itu melewati rumah seorang yang
kaya raya.
Orang
kaya itu memiliki seorang anak gadis yang cukup cantik, tapi tuli dan
bisu. Kata dokter yang menanganinya, anak gadis itu harus tertawa untuk
bisa sembuh. Jika dia bisa tertawa, maka semua penyakitnya akan hilang
dan menjadi gadis yang normal. Sehingga sang ayah berjanji, siapa saja
yang dapat membuat anak gadisnya tertawa, dia akan di jadikan suami
putrinya. Nah, secara tak sengaja.. putri si kaya tersebut sedang
berdiri di balik jendela. Melihat tingkah laku anak lelaki yang
memanggul keledai tak seperti biasanya, gadis itu menjadi tertawa
terbahak-bahak.
“dasar
orang aneh, keledai kok di panggul. Kan harusnya kamu ikat dan kamu
tuntun”. Kata gadis itu. Mendengar putrinya tertawa dan dapat berbicara,
membuat hati ayahnya menjadi sangat gembira. Dan untuk memenuhi
janjinya, anak lelaki itu di nikahkan dengan puterinya. Dan ahirnya,
anak yang asalnya pemalas itu kini menjadi orang kaya dan hidup bahagia
bersama ibunya dan juga isterinya yang cantik.
Nah,
hikmah yang dapat kita petik adalah. Semua tak akan berubah jika kita
tak mau berusaha untuk mengubahnya. Kesalahan itu adalah hal yang wajar,
karena kesalahan dalam belajar adalah sebuah proses yang harus di
maklumi. Oleh karena itu, dalam mengajari seseorang, harus memiliki
kesabaran dan rasa kebijaksanaan yang tinggi. Dan pesan terahir, tiap
anak yang berbakti pasti mendapat balasan dari Tuhan dengan jalan yang
tidak di sangka-sangaka sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar