Bunga Dandelion |
Pada suatu hari, di negeri bunga di
adakan sebuah rapat. Ratu bunga yang bernama peri Tralala mengumpulkan
semua bunga-bunga di istana. Semua bunga hadir di sana. Mereka
melenggak-lenggok memamerkan ke indahan masing-masing. Dengar-dengar,
peri Tralala akan memberikan sebuah hadiah pada bunga yang memiliki ke
unikan dan kelebihan yang tak di miliki oleh bunga-bunga yang lain.
Sambil menunggu kedatangan peri
Tralala, para bunga bercakap-cakap memamerkan ke istimewaan yang mereka
miliki. Mereka merasa paling cantik dan merasa paling pantas untuk
mendapat hadiah dari ratu.
“Lihatlah warna putih ku yang
cantik, serta harum ku yang sangat menarik.. pasti aku nanti yang akan
menang dan mendapat penghargaan itu”. Kata bunga melati.
“Ah.. belum tentu.. wangi mu tak
seberapa di banding harum ku. Warna dan bentuk ku juga cukup indah dan
menawan. Aku adalah lambang cinta kasih. Pasti aku yang menang”. Kata
bunga mawar tak mau kalah.
“Kalian itu tak usah berdebat..
semua juga tahu, bahwa aku adalah bunga lambang keceriaan. Bentuk ku
yang besar, bulat, dan ceria, sehingga aku di namakan bunga matahari.
Pasti aku yang kan menang”. Bunga matahari tak mau kalah.
Perdebatan terus berlanjut, hingga sampai ahirnya pada bunga kaktus juga turut angkat bicara.
“Kalian kan tahu sendiri. Kata ratu,
hanya bunga yang memiliki ke istimewaan yang akan mendapat penghargaan.
Itu sudah pasti aku. Aku memang tak se indah kalian. Tapi aku sangat
kuat. Karena aku dapat bertahan hidup di daerah yang sangat tandus.
Tubuh ku juga menyimpan air, dan dapat menolong para burung-burung yng
kehausan yang lewat dalam perjalanan”. Kata bunga kaktus dengan penuh
percaya diri. Semua bunga yang berkumpul sudah angkat bicara
membanggakan diri masing-masing. Hanya satu bunga saja yang diam dari
tadi. Dia adalah bunga dandelion.
“Lihatlah bunga dandelion itu, dia
tak mampu bicara karena dia tak memiliki apa-apa. Dia tak seindah bunga
mawar, dia tak tak secerah bunga mata hari, dia tak sewangi bunga
melati, dan dia juga rapuh dan tak sekuat bunga kaktus”. Kata bunga
anggrek sedikit menyindir.
“Dia itu sangat rapuh, tertiup angin
saja dia langsung terbawa.. hahahha”. Kata bunga matahari di ikuti
gelak tawa seluruh bunga-bunga di istana itu. Bunga dandelion hanya bisa
diam saja. Dia tak merespon. Dalam ke diamanya, dia mencoba untuk
menjadi lebih tahu diri dan rendah hati. Dia yakin, dia memiliki
kelebihan, meski dia sendiri belum mengetahui kelebihan itu.
Tak berapa lama, peri Tralala tiba.
Semua ruangan langsung terdiam, hening tak bersuara. Lalu peri
menyatakan beberapa kata sambutan. Dan kemudian memberi pengumuman nama
bunga yang mendapat penghargaan darinya. Semua bunga terkejut mendengar
nama itu. Sungguh di luar perkiraan. Nama dandelion adalah nama bunga
yang mendapat penghargaan dari ratu. Banyak yang bertanya-tanya,
sebagian ada yang merasa tak terima dan tak adil. Apa yang di miliki
bunga Dandelion? Dia tak memiiki ke istimewaan apa-apa.
Melihat para rakyat bunganya saling
bergumam satu sama lain, ahirnya peri Tralala pun angkat bicara untuk
menjelaskan.“Bulan lalu, aku melewati sebuah pulau yang sangat tandus.
Tak ada apapun di sana. Hanya hamparan luas tanah kosong dan bebatuan.
Lalu kemarin secara tak sengaja aku melewati pulau itu lagi, dan aku
sangat takjub di buatnya. Pulau itu kini terlihat hijau dan di penuhi
oleh bunga-bunga dandelion yang menari indah. Mungkin, bunga dandelion
memang tak sewangi bunga melati, tak seindah bunga mawar, tak secerah
bunga matahari, dan tak sekuat bunga kaktus”.
“Tapi dandelion adalah bunga lemah
yang suka kebebasan. Dia akan menari dan mengikuti kemana angin
membawanya. Hingga dia bisa terbang jauh sampai ke negeri antah
berantah. Dan ketika biji yang terbawa angin itu terjatuh di tanah, dan
tersiram oleh air. Maka dia akan hidup, dan terus berkembang. Hingga tak
heran jika bunga dandelion juga memiliki julukan “Bunga Kehidupan”.
Karena di mana dia terjatuh, di situ kehidupan baru akan muncul”. Jelas
peri Tralala.
Mendengar penjelasan peri Tralala,
bunga dandelion menjadi sangat senang. Ternyata dia memiliki kelebihan
yang sangat menawan. Meski baru kini dia mengetahuinya. Sedangkan
bunga-bunga yang lain merasa malu. Karena dari tadi mereka menyombongkan
diri dan menghina bunga dendelion. Tapi kini mereka mulai sadar, bahwa
kelebihan suatu hal itu tak hanya dapat di nilai dari apa yang bisa di
lihat, tapi dari apa yang dapat dia lakukan. Mulai saat itu, para bunga
berjanji untuk saling menghargai antara satu bunga dengan bunga yang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar